Si Bapak, mempunyai agenda pertemuan dengan teman-teman dari komunitas Vantrend keesokan harinya. Karena anak-anak keasyikan di kamar hotel, akhirnya saya dan anak-anak memilih stay di Hotel, sampai waktu check out tiba. Sembari menunggu bapak pulang dari acara.
Kemarin sore, sempat ke Masjid Agung Kraton Surakarta. Ternyata memiliki nilai sejarah yang luar biasa.
Masjid Agung Kraton Surakarta (nama resmi bahasa Jawa: Masjid Ageng Karaton Surakarta Hadiningrat, Hanacaraka: ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦄꦒꦼꦁꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦱꦸꦫꦏꦂꦠꦲꦢꦶꦤꦶꦤꦔꦿꦠ꧀ ) pada masa pra-kemerdekaan adalah masjid agung milik kerajaan (Surakarta Hadiningrat) dan berfungsi selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pusat syiar Islam bagi warga kerajaan.
Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami', yaitu masjid yang digunakan untuk salat berjamaah dengan ukuran makmum besar (misalnya salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan, masjid ini juga berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.
Kelengkapan masjid
Masjid Agung menempati lahan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota). Gaya bangunan tradisional Jawa ini adalah khusus untuk bangunan masjid.
Di dalam kompleks Masjid Agung dapat dijumpai berbagai bangunan dengan fungsi kultural khas Jawa-Islam. Juga terdapat maksura, yang merupakan kelengkapan umum bagi masjid kerajaan.
Kawasan pagar
• Pagar keliling, dibangun pada masa Sunan Pakubuwana VIII tahun 1858.
• Gapura, ada tiga pintu masuk, dengan gapura utama berbentuk paduraksa berada di sisi timur menghadap alun-alun dan dua gapura kecil di sisi utara dan selatan.
Kawasan halaman masjidSunting
• Pagongan, terdapat di sisi utara dan selatan setelah memasuki gapura utama masjid. Bentuk berupa pendapa dengan ukuran bangunan sama. Fungsinya adalah sebagai tempat gamelan kraton diletakkan dan dimainkan sewaktu perayaan Sekaten(festival memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW).
• Istal dan garasi kereta untuk raja ketika Salat Jumat dan Gerebeg, diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta.
• Gedung PGA Negeri, didirikan oleh Sunan Pakubuwana X (1914) dan menjadi milik kraton.
• Menara adzan, mempunyai corak arsitektur terinsirasi dari Qutub Minar di Delhi, India. Didirikan pada tahun 1928 (masa Sunan Pakubuwana XI).
• Istiwak, yaitu gnomon (pancang) yang menjadi bagian jam matahari untuk menentukan waktu salat.
• Gedang Selirang, merupakan bangunan yang dipergunakan untuk para abdi dalemyang mengurusi masjid.
Kawasan masjidSunting
• Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.
• Ruang Utama, mempunyai empat saka gurudan dua belas saka rawa. Kelengkapan yang ada antara lain adalah mihrab, maksura, dan mimbar sebagai tempat khatib.
• Pawestren sebagai tempat salat untuk wanita dan balai rapat.
• Tempat berwudhu.
Semua data ini saya dapat dari @Wikipedia Masjid Ageng Kasunanan Solo
Kami melaksanakan sholat asar di sana. Oh ya... ada penjagaan khusus, di ruang sholat jamaah putri. Penjaga perempuan yang berseragam security, turut serta menertibkan jamaah dan ketika sholat dimulai dia berjaga di pintu masuk jamaah putri. Untuk yang putra saya kurang tahu.
Bangunan disekitarnya juga masih asli.
Sekilas mengingat masa kerajaan di masa kejayaannya. Begitu megah dan kuat bangunan ini, sehingga masih tampak tegak berdiri kokoh di bumi Surakarta.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta Alam.